Musik Rudieng yang Mendunia Ada di Kapuas Hulu - Media Khatulistiwa

Breaking

Home Top Ad

kmiklan

Post Top Ad

Monday, October 18, 2021

Musik Rudieng yang Mendunia Ada di Kapuas Hulu

Foto: Ketua Yayasan Merangat, Stevanus memperkenalkan seni musik rudieng dalam acara panggung apresiasi dari Program FBK Dirjen Kebudayaan di Sekolah Adat Tua Sangau di Desa Sungai Uluk, Putussibau Selatan, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Sabtu (16/10/2021)/yohanes santoso

Kapuas Hulu - Musik Rudieng telah dikenal di mancanegara. Musik tradisional ini konon dikabarkan sebarannya berasal dari kawasan asia, sejak masuknya bangsa portugis. Ternyata musik tradisional rudieng eksis oleh masyarakat Dayak Kantu, di desa Sungai Uluk, kecamatan Putussibau Selatan. Yayasan Merangat kemudian memotori pelestarian dan pengembangan musik tradisional skala internasional itu melalui sarana Sekolah Adat Tua Sangau di Sungai Uluk.
Ketua Yayasan Merangat, Stevanus mengatakan bahwa pihaknya menggelar panggung apresiasi bagi maestro musik rudieng Dayak Kantu di Desa Sungai Uluk, kecamatan Putussibau Selatan melalui program FBK, yang didukung oleh Dirjen Kebudyaaan, Kemendikbud, Riset dan Teknologi RI. Terkait musik rudieng ini sendiri sudah terkenal dan ada di beberapa negara luar seperti Filipina, Thailand, Rusia, Inggris dan negara lain. "Alat musik ini bahkan pernah masuk dalam simfoni Beethoven," paparnya, disela acara panggung apresiasi di Betang Tua Sangau Dayak Kantu Sungai Uluk, Sabtu (16/10/2021). 
Musik rudieng ini ternyata masih hidup dan lestari dikembangkan masyarakat adat di sungai uluk. Namun terkait musik ini di Kapuas Hulu agak memprihatinkan karena hanya ada 7 orang maestro rudieng dan hanya ada satu orang maestro pembuat rudieng. Usia mereka 65-80 tahun namun masih aktif dalam mengajar musik rudieng. "Mereka belum mendapat panggung, maka yayasan merangat memberi tempat spesial untuk mereka. Sekaligus melakukan pelestarian lewat sekolah adat dayak Kantu Tua Sangau," ucapnya.
Terkait dengan yayasan merangat sendiri, kata Stevanus, akan terus berupaya dengan maksimal melakukan pendampingan kepada masyarakat adat. Sebab yayasan Merangat memang aktif dan fokus pada konservasi dan kebudayaan. "Terimakasih atas dukungan Dirjen Kebudayaan atas program FBKnya sehingga panggung apresiasi ini bisa terwujud bagi para maestro rudien di Kapuas Hulu," ujarnya.
Ketua Adat Dayak Kantu Sungai Uluk, Mikael Ujang menuturkan pihaknya sangat berterimakasih atas perhatian berbagai pihak akan kebudayaan masyarakat Sungai Uluk, secara khusus dalam pengembangan seni musik rudieng. "Kami akan usahakan pelestarian budaya termasuk rudieng. Kami cita-citakan ini bisa dikenal di Indonesia dan mancanegara," tegasnya.
Sekdes Sungai Uluk, Yakobus mengharapkan dukungan berkesinambungan dari Pemerintah Kapuas Hulu, Pemprov Kalbar, DPRD Kapuas Hulu dan Kalbar untuk pengembangan dan pelestarian budaya di desa Sungai Uluk. Khususnya dalam upaya pemenuhan fasilitas di Sekolah Adat Tua Sangau. Sekolah adat tersebut menjadi penopang utama dalam pelestarian budaya Dayak Kantu di desa Sungai Uluk dan sekitarnya. "Sekolah ini belum sempurna dan kami yakin Pemprov Kalbar dan Pemda Kapuas Hulu bisa dukung. Tanpa dukungan itu, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Pembangunan ini sudah terwujud lewat tiga tahap pendanaan dari dana desa. Yayasan Merangat juga memotivasi berdirinya sekolah ini," tuturnya.
Kepala Disdikbud Kapuas Hulu, Petrus Kusnadi mengatakan kebudayaan makin hari semakin mengilang, teknologi luar biasa mempengaruhi kebudayaan kita. Medsos seperti FB dan Tiktok itu sudah luar biasa mempengaruhi kebudayaan, khususnya di kalangan generasi milenial. Disisi lain masih ada yang eksis mempertahankan budaya seperti Rudieng ini.Pemda Kapuas Hulu bangga sekali dengan sekolah ada Tua Sangau ini. Pelestarian budaya itu tanggung jawabnya ada di masyarakat adat sendiri.
Selain pendidikan kebudayaan perlu diperhatikan.

Penulis : Yohanes Santoso

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad