Bercocok Tanam di Lahan Gambut Tanpa Membakar - Media Khatulistiwa

Breaking

Home Top Ad

kmiklan

Post Top Ad

Sunday, October 24, 2021

Bercocok Tanam di Lahan Gambut Tanpa Membakar

Foto: Peneliti dari Universitas Tanjungpura Pontianak, Prof. Dr. Henny Herawati, saat lokasi lahan Gambut/Istimewa

Pontianak - Area  gambut bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian produktif yang menghasilkan pangan bagi manusia. Akan tetapi harus dilakukan hati-hati, sebab lahan gambut mudah terbakar pada musim kemarau. Untuk itu harus dicari komoditas yang cocok untuk di lahan ini.
Peneliti dari Universitas Tanjungpura Pontianak, Prof. Dr. Henny Herawati, ST, MT, mengatakan ada metode pertanian di lahan gambut,  yang masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang budi daya pertanian tanpa melakukan pengolahan lahan dengan membakar lahan di lahan gambut. 
"Masyarakat petani yang tinggal di area gambut dalam bercocok tanam, lebih mudah dan paling murah membuka lahan dengan cara membakar agar tanah menjadi subur. Ada ilmu pertanian di lahan gambut ini, yakni dengan abu atau disebut biochar yang bisa menetralkan sifat asam di tanah gambut. Dengan adanya abu ini akan menaikan basah di tanah gambut, sehingga tanaman menjadi subur," ujarnya, saat ditemui BERKAT, di Pontianak.
Prof Henny begitu panggilan akrab Dosen Tenik Untan Pontianak yang Kosentrasi Ilmu Tekhnik Sumber Daya Air, mengatakan jika di area gambut ini sering dilakukan pembakaran, akan terjadi kerusakan lingkungan, padahal bertani di lahan gambut ini sangat subur. "Sesungguhnya unsur haranya gambut itu subur, coba kita bayangkan dilahan gambut ini, ada tanaman seperti pakis tumbuh subur padahal tidak ditanam. Kalau area gambut ini dibakar terus, tanaman suburnya sebentar, akan tetapi jangka panjangnya, unsur yang bisa menyuburkan tanaman akan hilang," ungkapnya.
Untuk itu Prof Henny, mengungkapkan ada teknologi pertanian di lahan gambut ini, tanpa harus membakar. "Pertanian tanpa bakar ini sesungguhnya, bertani tanpa membakar lahan, yakni dengan menyiapkan drum pembakaran untuk membakar sisa-sisa akar pohon dari limbah pertanian untuk menghasilkan biochar yang dibutuhkan untuk menyuburkan tanah dengan menetralkan sifat asam pada tanah gambut ini," ujarnya. 
Selain itu, kata Prof Henny, yang juga alumni Teknik Sipil Untan ini,  ada cara lain lagi agar tanaman dilahan gambut ini bisa subur, yakni dengan cara dikomposer. "Jadi tanah itu dikomposer dengan cara diberi rumput laut, yang pada prinsipnya bahwa tanah gambut ini subur, hanya karena sifatnya saja yang asam. Sehingga dengan cara komposer ini juga bisa menghilangkan sifat asam ini, jika cara-cara ini bisa dilakukan tanpa membakar lahan gambut tanaman bisa subur, dan sekaligus menjaga lingkungan," ucapnya.
Ia  menambahkan kegiatan pembuatan biochar dengan menggunakan drum pembakaran pernah dilakukan di Desa Wajok Hilir, Kabupaten Mempawah bersama masyarakat dan Tim Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak mewujudkan  Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan membuat demplot atau kebun percontohan tanaman di lahan tanpa bakar.  "Kegiatan kita di Desa Wajok Hilir ini bertujuan agar masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang bercocok tanam, tanpa melakukan pengolahan lahan dengan membakar di lahan gambut. Untuk demplot pertanian sebelum dilakukan praktik, terlebih dahulu dilakukan pelatihan dan penyuluhan. Dari kegiatan ini diharapkan di masa yang akan datang lahan gambut dapat lebih produktif dan tetap terjaga kualitasnya,” harap Prof Henny, yang menyelesaikan gelar S2-nya di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Selain ada keuntungan bercocok tanam di lahan gambut ini, juga menjaga ekosistem di area tersebut. "Kita menilai keuntungan tidak hanya diukur dari  hasil panen, akan tetapi dari ekosistem juga sangat besar, karena lahan gambut ini harus dijaga kelembabannya, masyarakat yang tinggal dan bercocok tanam di are tersebut, lingkungnya  harus tetap terjaga dengan baik dan menjadi lahan yang produktif, kemudian keuntungan dari ekosistem, karbon oksigen yang berproduksi, habitat-habitan lainnya yang di tempat lahan kering tidak ada. Jika ini bisa dijaga menjadikan suatu nilai yang tidak bisa diukur dengan materi " ujarnya.
Prof Henny juga mengungkapkan pada tahun 2017, ketika dirinya baru saja menyelesaikan S3 di Universitas Diponegoro, yang juga pada waktu itu bertepatan dengan Badan Restorasi Gambut (BRG) juga mulai ada. "Saya sempat juga terlibat dalam Badan Restorasi Gambut  tahun 2017, proyeknya adalah untuk sekat kanal, dahulu kita membuka lahan dengan membuat saluran-saluran, bahkan ada dengan ukuran yang besar. Ternyata saluran ini setelah dibuka mengeluarkan air, sehingga air akan mengering di lahan tersebut walaupun di musim hujan, bahkan air ini semakin mengering pada musim kemarau, yang menyebabkan lahan gambut mudah terbakar di bagian atasnya," jelasnya.
Prof Henny melanjutkanya maka dalam salah satu kegiatan Restorasi Gambut  tersebut membuat sekat kanal, yang berfungsi untuk menahan lajunya air yang keluar. "Pada musim kemarau sekat kanal ini bisa difungsikan, untuk menjaga kelembaban dan menjaga lingkungan di area lahan gambut ini," ujarnya.
Tantangan di daerah Kalbar ini adalah memiliki wilayah yang cukup luas, untuk itu Prof Henny, memberikan saran kepada Pemerintah Daerah,  memulai untuk mengngiatkan upaya-upaya yang kemasyarakatan. "Masyarakat dibuat pintar, untuk diberikan pendidikan supaya mereka bisa menjaga  dirinya sendiri dan bisa meningkatkan kesejahteraan, tanpa harus menunggu dan berharap bantuan dari pemerintah yang nilainya tidak seberapa," ujarnya.
Untuk itu menurut Prof Henny, kedepannya adanya sinergi semua elemen masyarakat dan pemerintah daerah. "Kita berharap bersinergi dunia pendidikan, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, untuk memberi pembelajaran kepada masyarakat, seperti penyediaan air bersih, kemudian di bidang pertanian, seperti yang pernah kita lakukan di Desa Wajok Hilir pada tahun 2020 dengan melakukan sosialisasi menggunakan drum pembakaran melalui metode pembakaran minim oksigen  dari sisa sampah atau limbah yang bisa dibakar, mitra kerja kita ini menyediakan polibag untuk menanam cabe," ujarnya.

Penulis : Marupek

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad